Ilmu Satu-satunya Jalan Menuju Ridha Allah
Ilmu Satu-satunya Jalan Menuju Ridha Allah merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Amalan-Amalan Hati. Kajian ini disampaikan pada Jumat, 21 Jumadil Akhir 1447 H / 12 Desember 2025 M.
Kajian Tentang Ilmu Satu-satunya Jalan Menuju Ridha Allah
Seseorang yang berjalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa bekal ilmu yang cukup, maka perjalanannya untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terputus. Jalan petunjuk dan kesuksesan baginya tertutup buntu, serta pintu-pintu kebaikan terhalangi darinya.
Hal ini telah disepakati oleh para ulama ahli ibadah, ahli zuhud, dan orang-orang yang mengenal Allah. Tidak ada yang menghalangi manusia dari menuntut ilmu kecuali para perwakilan dan bala tentara iblis. Iblis tidak ingin manusia menjadi orang yang berilmu, sebab terhadap orang yang berilmu, iblis tidak leluasa menyesatkan. Sebaliknya, orang yang jahil (bodoh terhadap agama) menjadi sasaran utama penyesatan mereka.
Mengikuti Jejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menukil perkataan Imam Al-Junaid bin Muhammad Rahimahullah, seorang ulama besar ahli zuhud. Beliau memberikan prinsip utama dalam berilmu dan beramal:
الطُّرُقُ كُلُّهَا مَسْدُوْدَةٌ عَلَى الْخَلْقِ إِلَّا عَلَى مَنْ اَقْتَفَى اٰثَارَ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Semua jalan tertutup bagi manusia, kecuali bagi orang yang mengikuti peninggalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Maksudnya, jalan untuk meraih ridha Allah, keberuntungan, dan keselamatan di akhirat semuanya buntu dan terputus, kecuali melalui satu jalan, yaitu mengikuti warisan ilmu dan pedoman hidup yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Imam Al-Junaid bin Muhammad Rahimahullah juga menegaskan bahwa seseorang tidak dapat dijadikan panutan dalam perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala jika ia meninggalkan dasar-dasar ilmu:
“Barang siapa yang tidak memahami Al-Qur’an dan tidak menuntut ilmu hadits, maka ia tidak bisa dijadikan panutan dalam urusan ini (perjalanan menuju ridha Allah), karena ilmu kami terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”
Hal ini berbeda dengan sebagian orang yang menisbatkan diri pada tarekat tertentu dan menukil perkataan Imam Al-Junaid hanya untuk melegitimasi tradisi mereka, padahal beliau sendiri menekankan bahwa ibadah harus berlandaskan wahyu. Siapa pun yang ingin meraih ridha dan kemuliaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala hendaknya membekali diri dengan ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan bahwa ilmu adalah penunjuk jalan dan warisan para nabi. Beliau memberikan gambaran yang sangat indah mengenai hakikat ilmu:
Kehidupan Hati: Ilmu adalah ruh bagi hati. Tanpa ilmu agama, seseorang tidak mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, sehingga hatinya mati dan tidak memiliki cahaya.
Cahaya Mata Hati: Tanpa ilmu, manusia hidup dalam kegelapan kejahilan, kedzaliman, kesyirikan, dan kemaksiatan.
Obat bagi Dada: Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit hati kecuali ilmu agama.
Taman bagi Akal: Akal yang jauh dari cahaya wahyu sering kali menghasilkan pemahaman yang menyimpang. Sebaliknya, akal para nabi dan sahabat menjadi cemerlang dan jenius karena diterangi oleh ilmu agama.
Kelezatan Jiwa: Seseorang tidak akan merasakan kelezatan sejati dalam jiwa bila tidak mengenal Penciptanya.
Penghibur dalam Kesepian dan Panduan bagi yang Bingung: Ilmu adalah teman bagi mereka yang merasa asing dan penuntun bagi mereka yang dilanda kegalauan atau kebimbangan.
Timbangan Amal: Dengan ilmu, seseorang dapat menimbang segala sesuatu untuk mengetahui kebenaran suatu perkataan. Ilmu menjadi tolok ukur untuk menilai perbuatan diri sendiri maupun orang lain, serta untuk memahami perihal dan keadaan (ahwal) seseorang. Melalui ilmu, dapat diketahui apakah seseorang benar-benar saleh, layak menjadi panutan, serta apakah amalan dan perilakunya telah sesuai dengan wahyu dan agama.
Ilmu adalah Hakim: Hakim yang memutuskan dan memisahkan antara keraguan dengan keyakinan, antara kebatilan dengan petunjuk, serta antara kebenaran dengan kesesatan. Ilmu berfungsi sebagai pembeda. Tanpa ilmu, manusia akan hidup dalam kebimbangan, kesesatan, dan kebatilan. Sebaliknya, dengan ilmu, hamba dapat mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dan beribadah kepada-Nya dengan benar.
Ilmu menuntun hamba untuk senantiasa mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, mentauhidkan-Nya sebagai hakikat tujuan penciptaan, serta memuji dan mengagungkan-Nya. Bagi mereka yang berjalan menuju Allah ‘Azza wa Jalla, ilmu adalah penunjuk jalan (dalil) yang mengantarkan mereka meraih ridha dan kemuliaan yang dijanjikan-Nya. Pintu utama untuk berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla adalah pintu ilmu.
Melalui ilmu, syariat dan hukum-hukum Islam dapat dipahami, sehingga hamba mampu membedakan antara yang halal dan yang haram. Ilmu pula yang mengajarkan cara menyambung silaturahim dengan benar. Dengan ilmu, hamba mengetahui hal-hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah ‘Azza wa Jalla, Sang Kekasih. Mengenal pintu-pintu keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla melalui ilmu akan menghantarkan hamba sedekat mungkin kepada-Nya.
Ilmu adalah Imam, Amal adalah Makmum
Dalam menjalani kehidupan, ilmu berkedudukan sebagai imam (pemimpin) yang menuntun, sedangkan amal adalah makmum yang mengikuti. Ilmu harus dikedepankan sebelum beramal, karena ilmu membuahkan amalan dan amalan wajib mengikuti ilmu. Seseorang yang hanya bermodalkan semangat tanpa ilmu akan tersesat, sementara orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya akan celaka dan dilaknat.
Oleh karena itu, ilmu harus dijadikan panduan dalam menjalani hidup, baik dalam berbicara, bersikap, maupun beraktivitas. Setiap perbuatan harus memiliki landasan ilmu dan bukan sekadar mengikuti kebiasaan. Prinsip utama dalam hal ini adalah:
الْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ
“Ilmu itu sebelum berbicara dan beramal.”
Hal ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ…
“Maka ketahuilah (berilmulah), bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad [47]: 19).
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu melalui kalimat “Ketahuilah”, baru kemudian diikuti dengan perintah beramal melalui kalimat “Mohonlah ampunan”. Ayat ini menjelaskan bahwa ilmu harus didahulukan daripada berbicara dan beramal.
Download MP3 Kajian Ilmu Satu-satunya Jalan Menuju Ridha Allah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55895-ilmu-satu-satunya-jalan-menuju-ridha-allah/